menu

Tuesday, May 14, 2013

Kidung Air mata


” ini adalah air mata pertama yang menetes, setelah 15 belas tahun yang lalu aku berjanji tidak akan lagi menangis “

Hari ini kuterima kabar tentangmu, sebenarnya ini bukanlah kabar yang luar biasa karena tahun - tahun yang lalu aku pun pernah menerima kabar yang sama. Kabar kalau engkau telah tersesat di dunia yang terang benderang ini, pada saat itu jangankan menangis, iba pun aku tidak. Pada saat itu aku sangat marah dan kebenciaanku padamu memuncak, aku benci mengapa engkau begitu bodoh dan aku marah mengapa engkau selalu menjadi beban untukku.

Tetapi hari ini mengapa aku tiba-tiba menangis mendengar mu terpenjara hati, aku menangis untukmu dan ini adalah air mata yang tulus. Air mata yang mengakui kalau dalam tubuh kita mengalir darah yang sama. Aku menangis melihatmu tidur dalam dingin malam tanpa selimut, aku menangis melihatmu kurus tak terurus, aku menangis mengapa jalan ini yang kau pilih?

Ku harap masih ada masa depan untukmu, selama ini aku terlalu lelah membimbing tanganmu karena terkadang ditengah perjalanan aku harus menggendongmu, membuat aku memutuskan untuk meninggalkanmu berjalan sendiri dan hari ini kutemui dirimu telah melewati jalan yang salah dalam pandangan hukum.

Hari ini air mataku menyegarkan kembali darah di tubuh kita yang telah membeku, dan hari ini ku lihat engkau menangis ketika engkau ucapkan terimakasih pada air mata yang kuteteskan dalam kidung yang begitu menyayat hati, kidung air mata yang menerbitkan selaksa rasa sayang diantara kita. Ku mohon kembalilah kepada kami keluargamu.

Denting Suara Hati


Lelah, letih menapaki terjalnya hati mu
Ketika cinta tak terasa cinta
Sebenarnya aku menangis hanya saja tanpa air mata
Ketika rindu tak menggetarkan hati
Sebenarnya aku terluka hanya saja tanpa rintihan
Jerit demi jerit kalbu menahan dera ombak kasih mu yang tak berwarna
Ketika luapan emosi cinta tak terasa manis
Sebenarnya hatiku mengilu tapi tak tersayat
Derit – derit hati tak berdendang menyambut rasa yang kian tak terasa
Ketika kata cinta tak bermakna cinta
Sebenarnya aku kecewa tapi tak mengeluh
Dentang – denting gamelan jiwa terus mengalunkan cinta untuk mu
Meski kau tak mendengarnya

Pelangi


Tidak sulit mengatakan cinta
Mengapa tidak engkau ucapkan?
Rindu begitu menyiksa,
Mengapa engkau rasakan?
Senyummu begitu menawanku
Mengapa engkau sembunyikan?
Hatimu begitu tulus,
Mengapa engkau kejam padaku?
Ku ingin akhiri semua pertanyaan itu,
Tetapi mengapa engkau tanya aku tidak lagi bertanya,?
Ku ingin melupakanmu,
Mengapa engkau katakan cinta padaku?
Sekarang ingin ku katakan
Maaf, hatiku kini bukan untukmu,
tetapi engkau tetap pelangi soreku
di saat gerimis membasahi bumi dengan lembut

Jika,


 
Jika mimpi meretas asa, kuingin kubermimpi

Jika warna memberikan arti, kuingin kuberwarana bak pelangi

Jika cahaya itu menerangi, kuingin kubercahaya bak kunang-kunang malam

Jika harum memberikan ketenangan, kuingin kumewangi
Jika senyum memberikan makna, kuingin kutersenyum
Jika tangis meringankan beban, kuingin kumenangis

        Jika malam rela berganti siang, kuingin kumenjadi malam
        Jika hujan rela berganti panas, kuingin kumenjadi hujan
        Jika gelap penuh misteri, kuingin kumenjadi gelap

Jika jalan ini adalah takdir, kuingin kumenjalaninya
Jika bahagia itu adalah pilihan, kuingin kumemilihnya
Ternyata “Jika” hanya sebuah syarat, kuingin kumemenuhinya.

Catatan Hati di Bumi Bersujud


Detik – detik waktu terus bergulir
Berdetak seiring detak jantung kehidupan
Memacu nyanyian hati yang kian merdu
Dalam alunan tasbih cinta
Jarum – jarum jam alam terus berputar
Seirima dengan nafas kehidupan yang tersisa
Mengalunkan lagu kalbu yang kian mengilu
Bagi jiwa yang hampa
Roda – roda bumi terus bergulir
Menggilas waktu tanpa henti
Senada dengan lirik –lirik doa yang kian syahdu
Membisikkan ritme kepasrahan nurani bagi raga yang lelah
Detik, detak, berputar dan bergulir
Hati, jiwa, raga dan nurani ku pasrahkan kepada-Mu
Ringankan langkah jiwa ini,
melewati rel kehidupan yang kian berkarat
Bumi Bersujud, 02 Agustus 2012

Thursday, May 9, 2013

Karang Bintang


Seikat bunga karang merahku bawakan untukmu
Tapi kau tak bergeming
Di pantai ini kulukis karangan mimpi
Ku bingkai harapan dengan bunga-bunga karang
Meski tajam, kadang melukai dan berdarah
Bak karang di tengah lautan aku tetap tersenyum
Segenggam pasir putih tanpa karang kubersihkan dari tubuhmu
Tapi kau tak bergeming
Di bibir pantai ini kuhanyutkan karangan bunga melati
Agar wanginya sampai ke muara hatimu
Menyentuh angkuh melebihi karang dalam dirimu
Malam ini untuk kesekian kali aku berdiri di pantai hatimu
Menatap ke dalam air laut jiwamu
Kutemukan pantulan cahaya bintang yang begitu indah
Dengan ribuan pantulan cahaya bintang di lautan
Dan seikat bunga karang merah
Aku datang padamu
Kau masih tak bergeming
Bunga karang kini hanyut tak tentu arah
Cahaya bintang di laut pun telah memudar
Aku masih berdiri di pantai ini,

Mengapa ?


Sampurna tanpa cahaya hanya ditemani hujan
Senin, 05 maret 2012
Mengapa selalu bertahan?
Mengapa menutup mata?
Mengapa tak mau kalah?
Mengapa terlalu banyak keinginan?
Mengapa terlalu banyak tuntutan?
Mengapa terlalu banyak keluhan?
Mengapa tak rela?
Mengapa tak mudah menerima?
Mengapa tak bersyukur?
Mengapa merasa kuat?
Mengapa merasa baik?
Mengapa merasa benar?
Mengapa bertanya “mengapa harus aku?”
Mengapa bukan orang lain?
Mengapa selalu bertanya “mengapa?” ?
Mengapa banyak bertanya “mengapa?”?
Ternyata jawabannya hanya satu karena kurang bersyukur!
Tanpa sadar, tanpa merasa, ternyata kebenaran mutlak itu hanya milik-Nya!
Sebuah Renungan di perjalanan Usia

Monday, May 6, 2013

Catatan di Sudut Malam


Mengapa semua rasa dihatiku saat ini terasa begitu gamang, ketika kata tak mampu lagi mewakili rasa hati, ketika bibir tak mampu lagi bekerjasama dengan lidah untuk menghasilkan artikulasi kata yang penuh makna, ketika hati tak mampu lagi bekerjasama dengan pikiran untuk menghasilkan keputusan yang jernih. Ketika semua terasa begitu sulit. Harus kemanakah timbunan rasa yang telah membusuk dipenuhi bakteri dan virus yang bisa menggerogoti kesehatan hati dan kejernihan pikiran harus kubuang???. Di selokan mana lagi harus kualirkan sisa rasa yang telah terinfeksi penyakit hati agar ruang hatiku menjadi lebih bersih???, di cerobong udara yang mana lagi harus kuhembuskan sisa iklas yang telah dijangkiti virus dengki dengan harapan udara yang tersisa adalah udara yang bersih agar bisa kulihat dan kurasakan kalau dihatiku masih ada rasa iklas menerima semua ketentuan-Mu ya Rabb???
Semua begitu sulit untuk dijalani, begitu sulit untuk aku terima. Aku merasa semua telah berada pada titik jenuh kesabaranku. Ya Rabb, pantaskah aku memelihara monster yang siap menerkam diriku sendiri, rasa yang berkabut di balik awan jantungku, rasa yang mengalir keruh di jernih hatiku, rasa yang mengusik ketenanganku. Ketika aku berusaha memaknai arti hidup ini mengapa disaat yang bersamaan makna itu sulit untuk dianalisa, tak mampu untuk diterjemahkan. Uhh.., sungguh aku harus melewati hari-hari yang melelahkan.
Ketika cuaca yang begitu panas menyengat panas hati dan pikiran ini, ketika kemarau panjang membuat tandus sawah dan ladang amal yang semakin menyempit. Pagi yang cerah sekalipun tak mampu lagi menyaring debu jalan yang sejak dari subuh yang kering tanpa embun sudah siap untuk beterbangan menunggu gilasan kaki- kaki bumi. Beribu pertanyaan di dalam hati ini tiba-tiba mempersentasikan semua maknanya agar segera di jawab.
“ Mengapa harus aku ?” mengapa harus aku yanga mengalami hidup seperti ini harus berputar pada satu titik masalah yang tidak terpecahkan hanya terkadang mereda tapi hanya menunggu waktu yang tepat agar itu bisa bergejolak kembali.
“Mengapa aku tidak mampu berkata tidak? ” mengapa lidah ini selalu berkata ia disaat hati ini mengatakan tidak, mengapa hati, pikiran dan lidah ini tidak sejalan dengan keinginanku.
“Mengapa harus aku yang memikul beban ini” mengapa harus pundakku yang memikul beban yang bukan tanggungjawabku. Sementara orang yang harusnya bertanggungjawab atas itu dapat tidur dengan lelap.
Ya Rabb, Masih banyak kata mengapa yang bersarang dipucuk pohon hati ini. Apakah ini pertanda aku tidak mampu mensyukuri semua nikmat yang Engkau berikan. Ampuni aku Ya Rabb.
Gumpalan rasa takut selalu mewarnai langit mimpi yang terkadang hitam pekat, terkadang putih membiru dan terkadang merah abu-abu, gumpalan hitam itu menurunkan hujan deras berpetir dan gemuruh banjir tiba-tiba, awan putih itu menerbitkan gerimis dipermukaan sungai hati. Semakin miris kapal yang kutumpangi seakan hanya menunggu waktu untuk tenggelam. Harus kemanakahjangkar hati kulabuhkan, dipelabuhan manakah kapal kehidupan harus kusandarkan.
Sungguh perjalanan yang begitu melelahkan, aku ingin istirahat sebentar saja. Hai, ombak antarkanlah aku ke tepi pantai agar aku dapat melihat daratan. Wahai angin antarkanlah aku kelangit agar aku dapat melihat bumi ini dengan jelas, wahai matahari antarkanlah aku kepada bulan agar aku bisa merasakan sejuknya panasmu, wahai malam antarkanlah aku kepada bintang agar aku bisa memaknai indahnya gelap.
Belajar dari semua yang pernah kualami, ya Rabb, ampunilah aku dari segala tumpukan dosa. Cerahkanlah hati dan pikiran ini. Hanya dari-Mu pengampunan itu bisa kudapatkan, ajari aku cara berserah diri kepada-Mu. Ya Rabb, bimbinglah aku untuk tetap bertahan di jalan yang Engkau tetapkan, berilah aku kemampuan untuk menerima semua yang Engkau berikan, baik itu kebahagian apalagi bila itu kesedihan yang berkepanjangan. Jangan Engkau jadikan aku hamba yang buta terhadap semua nikmat yang Engkau berikan. AMIN YA RABBAL ALAMIN.

Pusi Cinta untuk Anakku


Anakku,
hiduplah dengan bahagia
bersanding mesralah dengan ketenangan
Hiasi harimu dengan ketaatan kepada –Nya
jangan ingkar terhadap nikmat yang engkau rasakan sekecil apapun
cerdaslah memanfaatkan kecerdasan yang dianugerakan-Nya
Pekalah dengan lingkunganmu
jangan jadi perusak
pandailah melihat dengan penglihatan yang diberikan kepadamu
Anakku,
hiduplah dengan tenang
pilihlah kehidupanmu sebagai sebuah pilihan yang tepat
Anakku,
selain dunia yang engkau tinggali ini
ada surga yang didalamnya bisa engkau pesan sebuah istana yang penuh kemewahan untuk kita
Anakku,
selain surga yang dijanjikan-Nya
ada neraka yang mengerikan siap menampung siapapun yang tidak Taat kepada-Nya
Anakku,
Belilah tiket kebaikan agar engaku bisa masuk kedalam suraga-Nya.

Sunday, April 21, 2013

Surat dari Bumi kepada Langit



ilustrasi dari www.jurnaljumrah.com

Langit Cerah Sampurna, 03 Maret 2012
Kepada langit yang semakin indah

“Langit” ada banyak hal yang ingin kutanyakan dan kuceritakan padamu. Dengarkanlah ceritaku lewat pelangi indahmu dan lembayung soremu bersama mentari.
Ketika usiaku mendekati jalan terujung bumi ini, apakah yang telah aku lakukan sepanjang jalan itu. uhh….sungguh tak ada yang kulakukan selain hanya berjalan dan berjalan tanpa mengerti apa yang dilakukan oleh orang –orang yang kutemui di sepanjang jalan kenanganku. Ada yang tersenyum padaku, tapi tak mampu aku membalasnya. Ada yang hanya menatapku tapi tak mampu aku mengartikannya, ada yang memberiku segelas minuman dan sepotong roti tapi tak menghilangkan rasa lapar dan dahagaku. Ada yang memberiku sebuah pondok yang sangat indah ketika aku harus beristirahat tapi pondok itu tak mampu melindungi aku dari terik matahari dan hujan deras yang berpetir.
“Langit” adakah hal yang lebih bermakna di hamparan awanmu dan di biru warnamu? “Langit” katakanlah padaku di sudut bagian bumi yang manakah bisa kutemui makna dari setiap kata, di labirin kehidupan yang manakah bisa kutemui senyum ynag memberikan makna, di bantaran jiwa yang manakah bisa kutemui kedamaian sejati.
Aku adalah hati yang gersang, aku yakin kau tahu itu! aku tinggal di bagian bumi yang subur tapi tak mampu menyuburkan setiap tanaman yang aku tanam. “Langit” katakanlah padaku apa yang harus aku lakukan, agar setiap jengkal bumi yang aku pijak memberikan arti, agar setiap tanaman yang aku tanam berbuah dan berdaun, agar setiap senyum yang kutemui dapat aku maknai, agar setiap pondok yang aku singgahi mampu melindungi aku dari panasnya terik matahari dan derasnya hujan yang engkau turunkan.
Aku menunggu jawabanmu, entah itu lewat mendung, entah itu lewat hujan atau lewat birunya warnamu. Dan ku mohon segeralah mengirimkannya karena saat ini aku harus tahu ke bumi bagian manakah aku harus melangkah.
pengirim bumi hati yang semakin tandus

Menyulam Matahari


ilustrasi dari artikelassunnah.blogspot.com

Serpihan cahaya ku rajut menjadi matahari namun tak berbentuk

Berkas –berkas sinar kurangkai menjadi mentari tapi tampak redup

Kusulam serpihan cahaya tapi tak mampu menerbitkan fajar dari ufuk timur

Kusulam berkas-berkas sinar tapi tak mampu mengantarkan sang surya ke ufuk barat

Kurangkai setiap sisa cahaya, agar kutemukan terangnya siang

Kurajut setiap sisa sinar, agar kudapati senja bersama lembayung

Ingin kurajut setiap cahaya menjadi matahari agar dapat menerangimu

Ingin kusulam setiap sinar menjadi matahari agar dapat kau lihat cahaya harapan di mataku

Saturday, April 20, 2013

Ketika


Ketika kata tak mampu melahirkan makna,
saat itulah hati harus mampu memberikan maknanya.
Ketika air mata tak mampu menghapus kesedihan,
saat itulah senyum harus mampu menghiasinya.
Ketika senyum tak mampu menorehkan kebahagian,
Saat itulah tawa harus mampu menutupinya.
Ketika tawa tak mampu melerai luka,
Saat itulah luka harus mampu memaknai perih.
Ketika perih hanya mampu mengilu luka,
Saat itulah jiwa harus memaknai kesakitan.
Ketika rasa sakit menerbitkan tangis,
Saat itulah suara harus mampu mengartikan sepi.
Ketika sepi datang menyayat hati,
Saat itulah setiap jiwa, setiap hati, setiap kata harus
mengembalikan semua kepada Ilahi Rabbi.

Goresan Kenangan


ilustrasi dari coretanpendosa.blogspot.com
Malam ini malam ke 1000 setelah engkau menghilang dan malam ini menjadi malam ke 1000 aku mencarimu. Kucari engkau di barisan pohon Akasia tidak ada tanda-tanda engkau pernah kesana hanya ada jajaran pohon dengan daun yang meranggas dan bisu, kucari engkau di anak sungai yang mengalir dengan harapan wajah mu tiba-tiba tercermin di air tapi ternyata air itu sangat keruh sehingga aku tidak bisa melihatmu. Kucari engkau di dasar laut tapi yang kutemui hanya terumbu karang yang kesepian tanpa ikan kecil dan bunga karang duduk dengan wajah yang begitu sedih. Kucari engkau di udara ternyata hanya debu yang sedang bermain riang yang ada di sana yang sama sekali tidak menghiraukan kehadiranku. Di mana aku harus mencarimu? Sungguh malam ini ada rasa rindu yang begitu menyesak, masih teringat jelas saat terakhir kau bersamaku. Engkau terlihat sangat lesu menatapku dengan tatapan yang sangat kosong dan hampa. Ada apa, sayang ?
Mengapa tidak engkau tinggalkan jejak pada nyanyian burung pagi hari, mengapa tidak kau titipkan pesan pada kokok ayam jantan agar aku terbangun ketika engkau akan pergi. Mengapa tidak kau tulis kata perpisahan pada serpihan batu kecil agar aku tahu kemana engkau pergi? Ku harap datanglah dalam mimpiku dan berilah aku isyarat tetang keberadaanmu agar aku bisa melihat hijaunya daun Akasia yang akan mengucapkan selamat pagi untukku dan biarkan aku mandi di aliran sungai yang jernih yang akan menyegarkan tubuhku. Apabila tiba-tiba engkau ingat diriku, ku harap titipkanlah sepucuk surat lewat ikan kecil dan sertakan bunga karang merah tanda engkau pernah mencintaiku agar bisa kulihat indahnya bunga karang. Jika engkau tidak ingin hadir dalam mimpiku maka hadirkanlah aku dalam mimpimu agar engkau dapat membaca pesanku pada serpihan batu yang kini di tutupi debu jalanan yang kutulis malam pertama kepergianmu.
Tapi ternyata semua hanya harapan semu, pagi ini aku bangun tanpa kehadiranmu dalam mimpiku, semua masih seperti semula. Tulisan yang kutulis pada serpihan batu kecil masih ditutupi debu pertanda engkau tidak pernah membacanya. Ikan kecil tak pernah datang membawa sepucuk surat dengan bunga karang merah yang indah, aku semakin yakin engkau telah melupakan aku.
Malam ini adalah malam ke 1001 setelah engkau meninggalkan aku dan malam ini adalah malam ke 1001 aku menantimu. Tapi semua belum berubah engkau masih misterius, kutanyakan keberadaanmu pada bulan sabit di langit “bulan apakah engkau melihat kekasihku melewati depan rumahmu” dengan senyum yang begitu indah bulan sabit menjawab “iya, kekasihmu pernah melewati halaman rumahku terlihat sangat terburu-buru dan ada guratan kesedihan di wajahnya”, “terimakasih” ucapku pada bulan sabit. Aku bahagia karena telah menemukan jejakmu, kini aku berjalan menyusuri jalan kenangan agar aku bisa menemukanmu. Kutanyakan keberadaanmu pada bintang yang paling terang malam ini “bintang apakah engkau pernah melihat kekasihku melewati altar sinarmu ” dengan sinar wajah yang begitu anggun bintang menjawabku “kekasihmu pernah melewati altar sinarku terlihat sangat terburu-buru ada goresan luka di hatinya ”, “terimakasih” ucapku lirih pada bintang yang anggun. Kutanyakan keberadaanmu pada suara awan “hai, awan apakah engkau pernah melihat kekasiku melewati jalan berkelokmu?” meskipun malam ini langit tidak begitu terang tapi aku bisa mendengar suara awan dengan begitu jelas “iya, tapi dia berpesan padaku janganlah lagi engkau mencarinya” suara yang begitu berwibawa “adakah pesan lain?” tanyaku lagi “berhentilah menunggunya karena dia tidak mungkin kembali” ada alunan rasa sakit di hati ini mendengar pesan terakhirmu. “terimakasih hai awan” ucapku hampir tak terdengar.
Malam ini malam ke 1002 engkau meninggalkanku dan malam ini menjadi malam pertama aku akan melupakanmu. Jika memang engkau memintaku untuk melupakanmu maka biarkan hatiku melupakanmu dengan caraku sendiri. Kalaupun aku memang harus melupakan mu karena engkau tidak memberikan pilihan lain, tapi ijinkan aku menulis semua cerita tentang kita pada kertas kenangan dan biarlah cerita itu menjadi sejarah yang paling indah yang pernah ada di planet ini. Agar anak-anakmu dan anak-anakku mengetahui bahwa kita pernah memadu kasih di jernihnya aliran sungai, berbulan madu di taman yang ditumbuhi pohon liar hijau mengantarkan segarnya udara yang kita hirup, agar mereka tahu kalau kita pernah mengisi cerita cinta kita di atas sampan sambil memancing ikan untuk makan siang kita hari itu. Biarlah cerita tentang kita kini hanya menjadi sejarah dan biarlahcatatan sejarah yang akan mengenang cerita cinta kita.

Potret Wajah dalam Bingkai yang Retak


Benarkah itu diriku, benarkah itu aku dan benarkah ini perasaanku sekali lagi aku berusaha membangunkan diriku dari semua rasa rindu yang begitu menyesakkan dada. Di dinding hatiku ada potret yang terpampang tidak asing dan begitu dekat tapi mengapa terlihat begitu usang dan jauh. Entahlah, apa yang terjadi sebenarnya pada diriku dan potret usang itu, wajah siapa yang sedang menatapku tajam seakan penuh misteri. Ada rasa dingin menyusup di jantungku sampai di hatiku ketika kucoba menatap dengan lekat wajah pada potret usang yang ada di langit-langit mimpiku, tapi tetap saja aku tak mampu melihatnya dengan jelas tiba-tiba aku merasa begitu takut yang membuat tubuhku semakin bergetar. Aku mencoba menenangkan diriku, mengatur ritme nafasku, mengatur irama jantungku, kubuang padanganku lebih jauh lagi menembus pelangi di matamu. Wajah itu tiba-tiba tersenyum padaku bibir yang menyunggingkan senyum itu sebenarnya sangat dekat dan terasa hangat sehangat senyum seorang sahabat, bahkan lebih hangat dari senyum seorang kekasih. Tiba-tiba wajah itu menyapaku “ Aku ingin minum teh bersamamu dan belajar puisi cinta darimu seandainya kita diberi kesempatan untuk kembali mengulang masa lalu kita” ucapmu lirih dan begitu tegas . Sungguh keinginan yang sangat sederhana bahkan lebih sederhana dari senyummu.

Tiba–tiba hatiku digelayuti perasaan rindu yang begitu dalam, sunguh rindu sekali, terhadap wajah itukah? Ah…kenapa aku harus merindukanmua hai wajah. Tuhan ku mohonjangan jadikan rinduku padanya sebagai dosa, tapi rasa itu hadir karena semata-mata adalah anugerah nikmat yang ku dapat dari-Mu. Kau rindu padaku apakah karena aku lebih dari sahabat untukmu dan lebih dari kekasih yang sayang padamu. Wajah aku tidak mengenalmu dan aku tidak ingin tahu siapa engkau sebenarnya meski rasa rindu padamu telah menjalari hati dan pikiran bahkan semua persendiaanku. Aku bahagia dengan hidupku saat ini, aku punya segalanya. Kekasih yang mencintaiku dan kemewahan hidup tapi kenapa terasa begitu hampa tidak seindah wajahmu. Praak…..tiba-tiba potret usang itu terjatuh dan membuyarkan semua pertimbangan yang dibuat oleh konfrensi mendadak yang diselenggarakan oleh relung hatiku. Bingkai itu kini retak. Kuambil perlahan potret usang itu kusap dengan sapu tangan kesayangku kulihat wajah itu semakin manis. ”Kalau pun bingkai yang kutempati ini telah retak tapi perasaan dan hatiku tidak ikut retak” katamu dengan begitu yakin. Sungguhkah? sebegitu berartikah aku bagimu hai wajah sementara aku sama sekali tidak ingat siapa engkau, dan tidak ingin aku mengenangmu. “aku adalah rasa terdekat denganmu, aku adalah rasa hangat yang menyusup di hatimu, aku adalah salju yang bersarang dijantungmu, aku adalah matahrari siangmu dan aku adalah bulan malammu dan engkau adalah bintang di hatiku”. Sungguhkah hai wajah seberarti itu aku bagimu ? Kata-katamu kali ini seakan mampu meruntuhkan bukit salju di hatiku, sungguh aku begitu tersanjung ada selipan rasa bahagia di dasar hatiku.
Ehmm tapi aku adalah rasa sedihmu, aku adalah rasa sakitmu dan aku adalah rindu terlarangmu dan engkau adalah Merapi rasaku yang bisa meledak setiap saat yang akan mengalirkan lahar panas di hatimu dan lahar dingin di jantungmu. “ Aku tidak kecewa meski seperti itu keadaannya karena rinduku padamu adalah aliran sungai yang akan mengalirkan semua lahar yang engkau kirimkan di setiap sudut hatiku yang akan kembali subur setelah merapi itu meletus.”

Wajah, jangan kau ucapkan itu! “Kenapa tidak boleh itulah rasa terdalamku”. Ucapanmu begitu menyayat asaku, mengapa engkau semakin memikatku, engkau terlihat begitu manis, sehingga aku harus terpatri pada wajahmu itu, mengapa aku jadi merasa begitu bodoh harus terpikat olehmu yang hanya Potret wajah dalam bingkai masalalu yang telah retak. Karena semua tidak akan pernah bisa terulang, seandainya saja kita bisa mengulang semuanya sekerlingan mata saja maka ingin kutitipkan pesan melalui ekor matamu bahwa engaku adalah sahabat tercintaku. “Sungguhkah? Seandainya aku tau dari dulu maka akan ku potret perasaanmu itu dan akan kubingkai dengan bingkai emas dan sandaran berlian di dinding istana hatiku.” Sudahlah, toh semua ini tak ada artinya untuk kehidupanmu mendatang hai wajah, karena engkau hanyalah potret masalalu bagiku dan aku hanyalah kenangan dalam potret mimpimu. “ iya potret mimpi yang sangat indah”ucapmu dengan manis. Uhh..kuhela nafasku dalam tiba-tiba dering sms di hp kesayanganku membuyarkan semua lamunanku. 

Friday, April 19, 2013

Senandung Nyanyian Surga


Pagi buta yang tenang mengalunkan ayat – ayat alam
Menyelipkan getaran di hati, damai menyusup hingga ke sum – sum tulang
Air sejuk nan suci membasuh jiwa yang lelap
Romansa subuh nan bisu menerbitkan fajar jingga yang indah

Embum rahmat membasahi hati yang tawaduk
Menetes perlahan dan bening bak mutiara
di antara cahaya mentari  yang menjulurkan senyumnya
bagi jiwa – jiwa yang tenang

Dingin subuh menghangatkan langit kalbu yang biru
Menyaring debu kehidupan penyebar rasa sakit

Subuh nan damai mengantarkan hati ke pada pemilik hati
Dalam sujud pasrah kepada-Nya
Mengalunkan senandung nyanyian surga



Sampurna, 07 Agustus 2012