menu

Thursday, July 9, 2015

Pengertian Wacana

1. Wacana adalah :  Komunikasi verbal, ucapan, percakapan.
 Sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan.
 Sebuah unit teks yang digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. ( Collins Concise English Dictionary, 1998 dalam Eriyanto, 2001 : 2 )
2. Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
( Hawthorn, 1993 dalam Eriyanto, 2001 : 2 )
3. Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya ; kepercayaan disini mewakili pandangan dunia ; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.
( Roger Fowler, 1977 dalam Eriyanto, 2001 : 2 )
4. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.
( Eriyanto, 2001 : 5 )
5. Wacana adalah teks yang berupa rangkaian proposisi sebagai hasil pengungkapan ide dan gagasan.
( Arifin, 2000 : 3 )

6. Wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
( Cook dalam Arifin, 2000 : 4 )
7. Wacana adalah satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya ( morfem kata klausa ) tetapi kesatuan arti.
( Halliday & Hasan dalam Arifin, 2000 : 4 )
8. Wacana adalah suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku linguistik atau yang lainnya, sedangkan teks adalah suatu urutan ekspresi - ekspresi linguistik yang terstruktur membentuk suatu keseluruhan yang terpadu atau uniter.
( Edmondsen dalam Tarigan, 1993 : 25 )
9. Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu harus muncul dari isi wacana tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu.
( Deese dalam Tarigan, 1993 : 25 )
10. Wacana adalah olah pikir dan paradigma, sebagai pergulatan seorang pemikir   dalam membaca, menganalisa, mengkomparasi, mengobservasi, mendalami dan memberi konklusi dari persoalan yang           dikerjakan secara serius.
( Rubrik Jamaah Islam Liberal edisi Selasa 20 September 2005 )
11. Wacana adalah keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan, ucapan, pertuturan, dan percakapan.
( Kamus Dewan )
12. Wacana adalah pengujaran yang mengandaikan adanya seorang pembicara dan pendengar dengan niat dari yang pertama untuk menyampaikan kepada yang kedua suatu pesan dan kemungkinan yang kedua untuk bereaksi secara langsung.
( Mohammed Arkoun oleh Cecep Ramli Bihar Anwar )





Monday, July 6, 2015

Karena Aku Ibumu

Kebanggaan akan kehadiranmu, adalah perwujudan rasa syukur kepada Allah yang telah mempercayakan kalian untuk hadir dalam kehidupan Ibu. 

Anak - anakku, aku ibumu yang disaat engkau tidur, berjaga menatapmu penuh doa semoga kelak kalian menjadi anak-anak penghuni surga. 

Aku ibumu yang disaat engkau tertawa, hilang semua lelah ini. Aku ibumu yang terus melantunkan doa ketika kau jauh dari pandangku

Aku ibumu yang disaat kau menangis, jantungku bagai disayat. Aku ibumu yang mengajarkan arti sebuah tanggung jawab padamu meski terkadang kau anggap itu adalah hukuman

Anakku aku ibumu yang jika suatu hari nanti tidak lagi bersamamu, tidak lagi memelukmu dalam tidur, ketahuilah disaat itu doaku hidup dihatimu, 

Jadilah anak yang soleh, jadikanlah Al Quran sebagai pedoman hidupmu dan jadikanlah agama sebagai sandaran terkuatmu. Karena aku ibumu tak mungkin bisa terus bersamamu.


Qiukey 070817


Polisemi dan Homonimi

A. Polisemi
            Polisemi adalah satu leksem dengan beberapa makna atau suatu kata yang  memiliki lebih dari satu makna.
Contoh : kata bisa yang berarti “dapat“ dan “racun”.
            Polisemi dapat terjadi karena :
a. Kecepatan melapalkan kata. Misal, ban tuan atau  bantuan ( apakah ban kepunyaan tuan ataukah pertolongan)
b. Faktor gramatikal. Misal, pemukul dapat bermakna ‘alat yang digunakan untuk memukul’ atau bermakna ‘orang yang memukul ’
c. Faktor leksikal yang dapat bersumber dari :
  1. Sebuah  kata yang mengalami perubahan penggunaan sehingga memperoleh makna baru. Misal, kata makan yang berhubungan dengan kegiatan manusia atau binatang, kini dapat berhubungan dengan benda yang tidak bernyawa ( misal makan angin, makan riba,  dimakan api)
  2. Sebuah kata yang digunakan pada lingkungan yang berbeda, misal kata operasi bagi dokter ‘bedah’ berarti untuk mengobati penyakit sedangkan bagi militer berarti untuk menumpas kejahatan.
  3. Karena manusia pandai berandai-andai, atau akibat adanya metafora. Misal kata mata ‘alat untuk melihat’ karena kesamaan makna maka muncul makna ‘sesuatu yang menjadi pusat, yang ditengah-tengah atau yang mempunyai ‘mata’.
Contoh :  Mata air
                   Mata acara
d. Pengaruh bahasa asing. Misal, kata butir (bermakna barang yang kecil-kecil seperti beras, intan; penolong bilangan untuk barang yang bulat-bulat atau kecil-kecil, salah satu bagian dari keseluruhan; perincian ) digunakan untuk mengganti kata unsur atau dari bahasa Inggris item, dengan demikian yang digunakan adalah makna yang terakhir, yang berpadanan dengan item  (point).
B. Homonimi
            Homonimi adalah beberapa leksem yang mempunyai bentuk yang sama atau dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama, namun maknanya tentu saja berbeda karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Contoh : Kata mengurus yang berarti “mengatur” dan “menjadi kurus”
            Ada dua istilah yang berkaitan dengan homonimi yaitu :
  1. Homofoni adalah adanya kesamaan bentuk antara dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaannya apakah sama atau berbeda.
Contoh : Kata bank ( lembaga keuangan ) dan bang (bentuk singkat dari Abang)
  1. Homograf adalah bentuk ujaran yang sama ortografinya atau ejaannya, tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Dalam bahasa Indonesia bentuk homografi hanya terjadi karena ortografi untuk fonem /e/ dan fonem / / yaitu huruf <e> Contoh :  kata teras /teras/ yang maknanya ‘inti’
                  /teras/ yang maknanya bagian serambi rumah
C. Perbedaan Homonimi dan Polisemi
            Perbedaan homonimi adalah dua buah bentuk atau lebih yang ‘kebetulan’ bentuknya sama dan maknanya tentu saja berbeda. Sedangkan polisemi adalah sebuah bentuk ujaran yang memiliki makna lebih dari satu. Makna-makna yang ada dalam polisemi meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Sedangkan  makna yang terdapat pada homonimi tidak mempunyai hubungan sama sekali.
Contoh : a. Makna kata kepala pada  kepala surat dan kepala jarum bisa ditelusuri berdasarkan makna leksikal kata kepala itu.
b. Tetapi kita tidak bisa melacak hubungan makna antara kata bisa yang berarti dapat dengan kata bisa yang berarti racun.

              Ada 4 cara untuk mengetahui apakah suatu bentuk ujaran polisemi atau homonimi yaitu :
  1. Jika diketahui bentuk ujaran itu mempunyai asal yang berbeda maka   homonimi. Sebaliknya jika asalnya sama maka polisemi.
  2. Mencari antoniminya, jika antoniminya sama berarti polisemi, jika antoniminya berbeda berarti homonimi. Misal, kata indah berantonim dengan kata buruk keduanya dapat dipakai bersama dengan leksem yang sama seperti leksem ’rumah’, ‘pemandangan’ beda halnya dengan leksem terang yang berantonim dengan gelap karena leksem terang dapat dikombinasikan dengan ‘leksem tulis’ sedangkan gelap tidak dapat dikombinasikan.
  3. Mencari makna inti, jika makna intinya sama berarti polisemi. Akan tetapi jika makna intinya berbeda berarti homonimi. Leksem yang berhubungan dengan anggota tubuh seperti kaki, mata, tangan adalah leksem yang berpolisemi. Misalnya kaki gunung, kaki kursi mengacu kepada makna intinya yaitu sesuatu yang berada pada bagian bawah sebagai tempat penyangga.
  4. Alasan formal, jika alasan formalnya sama maknanya maka polisemi, sebaliknya jika alasan formalnya tidak sama maka homonimi. Misal leksem gai bermakna giuk (dalam bidang pelayaran ), yaitu tali pengatur layar. Sekarang leksem tersebut bermakna kelompok laki-laki yang senang terhadap sesama jenisnya. Akan tetapi makna gai yang sekarang dipakai secara nonformal. Sebab secara formal sebutan terhadap kelompok orang yang demikian adalah homoseks, jadi kata gai diatas adalah homonimi.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Drs. Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah.1999. Semantik 1 Pengantar Kearah Makna. Bandung :                             Refika Aditama.






Saturday, July 4, 2015

Pengertian Drama Menurut Ahli

1.  Drama adalah :
a.  Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku ( akting ) atau dialog yang dipentaskan.
b. Cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus disusun untuk pertunjukan teater ( Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1990 ).

2.   Menurut Tjahjono, drama yang termasuk dalam karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Drama diciptakan bukan untuk dibaca saja, namun juga harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Drama sebagai tontonan atau pertunjukan inilah yang sering disebut dengan istilah teater. Sebagai sebuah seni pertunjukan, drama memiliki sifat ephemeral, artinya bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama. ( 1988 : 186 )

3.   Menurut Tambojang, drama adalah cerita yang unik. Ia tidak untuk dibaca saja, tetapi untuk dipertunjukkan sebagai tontonan. Sebagai tontonan, drama adalah kesenian ephemeral, artinya bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama. ( 1981 : 15 )

4.   Menurut E. R. Reaske, drama adalah sebuah karya sastra atau sebuah komposisi, dengan menggambarkan kehidupan dan aktivitas manusia dengan segala penampilan, berbagai tindakan dan dialog antara sekelompok tokoh. ( 1966 : 5 )

5.   Menurut Sumarjo, drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. ( 1984 : 32 )

Friday, July 3, 2015

Kalimat Majemuk

A.   Pengertian
Ø Menurut Tarigan, H.G (1987 : 7) : kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Ø Menurut Ambary, Abdullah (1979 : 157) : kalimat majemuk ialah suatu bentuk kalimat luas, hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk pola kalimat baru di samping pola yang ada.

B.   Ciri-ciri kalimat majemuk
Ada penggabungan atau perluasan kalimat inti.
1.  Perluasannya menghasilkan pola kalimat baru.
2.  Mempunyai S dan P lebih dari satu.
3.  Ada penggabungan atau perluasan kalimat-kalimat inti.

C.    Macam-macam kalimat majemuk
      Berdasarkan hubungan klausa-klausa yang ada dalam kalimat, kalimat majemuk dibedakan menjadi :
1).  Kalimat majemuk koordinatif / kalimat majemuk setara.
       Adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara atau yang sederajat.
Ciri-cirinya :
a.  Kedudukan pola-pola kalimat sama derajatnya.
b.  Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
c.  Pola umum uraian jabatan kata (S-P) + (S-P).
Kalimat majemuk setara dibagi menjadi empat jenis :
1.  Hubungan penambahan (setara sejalan)
    Ciri-cirinya :
a.   Berkata tugas : dan, serta, lagipula, tambahan lagi.
b.  Bisa juga hubungan itu hanya secara implisit artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh : Kami berjalan-jalan di sekitar pantai dan mereka duduk-duduk di bawah pohon.
2.  Hubungan pertentangan (perlawanan)
Ciri-cirinya  berkata tugas : tetapi, melainkan, padahal, sedangkan.
Contoh : Adiknya peramah, tetapi kakaknya pemarah.
3.  Hubungan memilih
    Ciri-cirinya berkata tugas : atau; baik ……. maupun;
Contoh : apakah kita akan melanjutkan perjalanan atau kita beristirahat dahulu.
4.  Kalimat majemuk setara perururutan
   Ciri-cirinya berkata tugas : lalu dan kemudian
Contoh : kami berjalan lebih awal lalu rombongan kedua menyusul.

2). Kalimat majemuk rapatan
       Adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan, karena kata-kata/frase dalam kalimat tersebut menduduki jabatan yang sama. Yang dirapatkan adalah unsur S atau O yang sama. Dalam hal ini unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Ciri-cirinya :   Pola uraian, misalnya S yang sama
                      S-P + (  ) – P
Contoh : kami berlatih
                    kami bertanding
                    kami berhasil menang
                    kami berlatih, bertanding dan berhasil menang.

3).  Kalimat majemuk subordinatif / bertingkat.
       Adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara/sederajat. Kalimat ini dapat dirapatkan andaikata subyeknya sama. Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru, yang disebut anak kalimat, sedangkan bagian yang tetap menjadi induk kalimat.
Ciri-cirinya :
a.  Berkata tugas : kalau, ketika, meskipun dan karena.
b. Bagian pola kalimat baru menjadi anak kalimat.
c.  Bagian yang tetap menjadi induk kalimat.
          Contoh : kami sudah lelah,  kami ingin pulang, kami sudah lelah, kami ingin pulang.

4).  Kalimat majemuk campuran
       Kalimat majemuk jenis ini terdiri dari tiga klausa atau lebih, dimana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif.
Contoh : Nenek membaca komik karena kakek tidak ada di rumah dan, tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.

Sumber :
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika               Pressindo.
Ambary, Abdullah. 1997. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatnika.
Chaer, Abdul. 1994. LinguistikUmum. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Tarigan, H.G. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung : Angkasa.


Thursday, July 2, 2015

Pengertian Belajar dan Mengajar Menurut Ahli

1. Pengertian Belajar
v Cronbach, (1954) berpendapat : belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.
v Robert. M. Gagne dalam bukunya : belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
v Lester. D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
v Hudgins Cs. (1982) berpendapat hakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman.
v Jung, (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
v Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
2. Pengertian Mengajar
v Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
v Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
v Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
v Tardif (1989) mendefinisikan bahwa  mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
v Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :

  1. Pengertian kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
  2. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
  3. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.