menu

Saturday, April 20, 2013

Potret Wajah dalam Bingkai yang Retak


Benarkah itu diriku, benarkah itu aku dan benarkah ini perasaanku sekali lagi aku berusaha membangunkan diriku dari semua rasa rindu yang begitu menyesakkan dada. Di dinding hatiku ada potret yang terpampang tidak asing dan begitu dekat tapi mengapa terlihat begitu usang dan jauh. Entahlah, apa yang terjadi sebenarnya pada diriku dan potret usang itu, wajah siapa yang sedang menatapku tajam seakan penuh misteri. Ada rasa dingin menyusup di jantungku sampai di hatiku ketika kucoba menatap dengan lekat wajah pada potret usang yang ada di langit-langit mimpiku, tapi tetap saja aku tak mampu melihatnya dengan jelas tiba-tiba aku merasa begitu takut yang membuat tubuhku semakin bergetar. Aku mencoba menenangkan diriku, mengatur ritme nafasku, mengatur irama jantungku, kubuang padanganku lebih jauh lagi menembus pelangi di matamu. Wajah itu tiba-tiba tersenyum padaku bibir yang menyunggingkan senyum itu sebenarnya sangat dekat dan terasa hangat sehangat senyum seorang sahabat, bahkan lebih hangat dari senyum seorang kekasih. Tiba-tiba wajah itu menyapaku “ Aku ingin minum teh bersamamu dan belajar puisi cinta darimu seandainya kita diberi kesempatan untuk kembali mengulang masa lalu kita” ucapmu lirih dan begitu tegas . Sungguh keinginan yang sangat sederhana bahkan lebih sederhana dari senyummu.

Tiba–tiba hatiku digelayuti perasaan rindu yang begitu dalam, sunguh rindu sekali, terhadap wajah itukah? Ah…kenapa aku harus merindukanmua hai wajah. Tuhan ku mohonjangan jadikan rinduku padanya sebagai dosa, tapi rasa itu hadir karena semata-mata adalah anugerah nikmat yang ku dapat dari-Mu. Kau rindu padaku apakah karena aku lebih dari sahabat untukmu dan lebih dari kekasih yang sayang padamu. Wajah aku tidak mengenalmu dan aku tidak ingin tahu siapa engkau sebenarnya meski rasa rindu padamu telah menjalari hati dan pikiran bahkan semua persendiaanku. Aku bahagia dengan hidupku saat ini, aku punya segalanya. Kekasih yang mencintaiku dan kemewahan hidup tapi kenapa terasa begitu hampa tidak seindah wajahmu. Praak…..tiba-tiba potret usang itu terjatuh dan membuyarkan semua pertimbangan yang dibuat oleh konfrensi mendadak yang diselenggarakan oleh relung hatiku. Bingkai itu kini retak. Kuambil perlahan potret usang itu kusap dengan sapu tangan kesayangku kulihat wajah itu semakin manis. ”Kalau pun bingkai yang kutempati ini telah retak tapi perasaan dan hatiku tidak ikut retak” katamu dengan begitu yakin. Sungguhkah? sebegitu berartikah aku bagimu hai wajah sementara aku sama sekali tidak ingat siapa engkau, dan tidak ingin aku mengenangmu. “aku adalah rasa terdekat denganmu, aku adalah rasa hangat yang menyusup di hatimu, aku adalah salju yang bersarang dijantungmu, aku adalah matahrari siangmu dan aku adalah bulan malammu dan engkau adalah bintang di hatiku”. Sungguhkah hai wajah seberarti itu aku bagimu ? Kata-katamu kali ini seakan mampu meruntuhkan bukit salju di hatiku, sungguh aku begitu tersanjung ada selipan rasa bahagia di dasar hatiku.
Ehmm tapi aku adalah rasa sedihmu, aku adalah rasa sakitmu dan aku adalah rindu terlarangmu dan engkau adalah Merapi rasaku yang bisa meledak setiap saat yang akan mengalirkan lahar panas di hatimu dan lahar dingin di jantungmu. “ Aku tidak kecewa meski seperti itu keadaannya karena rinduku padamu adalah aliran sungai yang akan mengalirkan semua lahar yang engkau kirimkan di setiap sudut hatiku yang akan kembali subur setelah merapi itu meletus.”

Wajah, jangan kau ucapkan itu! “Kenapa tidak boleh itulah rasa terdalamku”. Ucapanmu begitu menyayat asaku, mengapa engkau semakin memikatku, engkau terlihat begitu manis, sehingga aku harus terpatri pada wajahmu itu, mengapa aku jadi merasa begitu bodoh harus terpikat olehmu yang hanya Potret wajah dalam bingkai masalalu yang telah retak. Karena semua tidak akan pernah bisa terulang, seandainya saja kita bisa mengulang semuanya sekerlingan mata saja maka ingin kutitipkan pesan melalui ekor matamu bahwa engaku adalah sahabat tercintaku. “Sungguhkah? Seandainya aku tau dari dulu maka akan ku potret perasaanmu itu dan akan kubingkai dengan bingkai emas dan sandaran berlian di dinding istana hatiku.” Sudahlah, toh semua ini tak ada artinya untuk kehidupanmu mendatang hai wajah, karena engkau hanyalah potret masalalu bagiku dan aku hanyalah kenangan dalam potret mimpimu. “ iya potret mimpi yang sangat indah”ucapmu dengan manis. Uhh..kuhela nafasku dalam tiba-tiba dering sms di hp kesayanganku membuyarkan semua lamunanku. 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya.