menu

Saturday, April 20, 2013

Goresan Kenangan


ilustrasi dari coretanpendosa.blogspot.com
Malam ini malam ke 1000 setelah engkau menghilang dan malam ini menjadi malam ke 1000 aku mencarimu. Kucari engkau di barisan pohon Akasia tidak ada tanda-tanda engkau pernah kesana hanya ada jajaran pohon dengan daun yang meranggas dan bisu, kucari engkau di anak sungai yang mengalir dengan harapan wajah mu tiba-tiba tercermin di air tapi ternyata air itu sangat keruh sehingga aku tidak bisa melihatmu. Kucari engkau di dasar laut tapi yang kutemui hanya terumbu karang yang kesepian tanpa ikan kecil dan bunga karang duduk dengan wajah yang begitu sedih. Kucari engkau di udara ternyata hanya debu yang sedang bermain riang yang ada di sana yang sama sekali tidak menghiraukan kehadiranku. Di mana aku harus mencarimu? Sungguh malam ini ada rasa rindu yang begitu menyesak, masih teringat jelas saat terakhir kau bersamaku. Engkau terlihat sangat lesu menatapku dengan tatapan yang sangat kosong dan hampa. Ada apa, sayang ?
Mengapa tidak engkau tinggalkan jejak pada nyanyian burung pagi hari, mengapa tidak kau titipkan pesan pada kokok ayam jantan agar aku terbangun ketika engkau akan pergi. Mengapa tidak kau tulis kata perpisahan pada serpihan batu kecil agar aku tahu kemana engkau pergi? Ku harap datanglah dalam mimpiku dan berilah aku isyarat tetang keberadaanmu agar aku bisa melihat hijaunya daun Akasia yang akan mengucapkan selamat pagi untukku dan biarkan aku mandi di aliran sungai yang jernih yang akan menyegarkan tubuhku. Apabila tiba-tiba engkau ingat diriku, ku harap titipkanlah sepucuk surat lewat ikan kecil dan sertakan bunga karang merah tanda engkau pernah mencintaiku agar bisa kulihat indahnya bunga karang. Jika engkau tidak ingin hadir dalam mimpiku maka hadirkanlah aku dalam mimpimu agar engkau dapat membaca pesanku pada serpihan batu yang kini di tutupi debu jalanan yang kutulis malam pertama kepergianmu.
Tapi ternyata semua hanya harapan semu, pagi ini aku bangun tanpa kehadiranmu dalam mimpiku, semua masih seperti semula. Tulisan yang kutulis pada serpihan batu kecil masih ditutupi debu pertanda engkau tidak pernah membacanya. Ikan kecil tak pernah datang membawa sepucuk surat dengan bunga karang merah yang indah, aku semakin yakin engkau telah melupakan aku.
Malam ini adalah malam ke 1001 setelah engkau meninggalkan aku dan malam ini adalah malam ke 1001 aku menantimu. Tapi semua belum berubah engkau masih misterius, kutanyakan keberadaanmu pada bulan sabit di langit “bulan apakah engkau melihat kekasihku melewati depan rumahmu” dengan senyum yang begitu indah bulan sabit menjawab “iya, kekasihmu pernah melewati halaman rumahku terlihat sangat terburu-buru dan ada guratan kesedihan di wajahnya”, “terimakasih” ucapku pada bulan sabit. Aku bahagia karena telah menemukan jejakmu, kini aku berjalan menyusuri jalan kenangan agar aku bisa menemukanmu. Kutanyakan keberadaanmu pada bintang yang paling terang malam ini “bintang apakah engkau pernah melihat kekasihku melewati altar sinarmu ” dengan sinar wajah yang begitu anggun bintang menjawabku “kekasihmu pernah melewati altar sinarku terlihat sangat terburu-buru ada goresan luka di hatinya ”, “terimakasih” ucapku lirih pada bintang yang anggun. Kutanyakan keberadaanmu pada suara awan “hai, awan apakah engkau pernah melihat kekasiku melewati jalan berkelokmu?” meskipun malam ini langit tidak begitu terang tapi aku bisa mendengar suara awan dengan begitu jelas “iya, tapi dia berpesan padaku janganlah lagi engkau mencarinya” suara yang begitu berwibawa “adakah pesan lain?” tanyaku lagi “berhentilah menunggunya karena dia tidak mungkin kembali” ada alunan rasa sakit di hati ini mendengar pesan terakhirmu. “terimakasih hai awan” ucapku hampir tak terdengar.
Malam ini malam ke 1002 engkau meninggalkanku dan malam ini menjadi malam pertama aku akan melupakanmu. Jika memang engkau memintaku untuk melupakanmu maka biarkan hatiku melupakanmu dengan caraku sendiri. Kalaupun aku memang harus melupakan mu karena engkau tidak memberikan pilihan lain, tapi ijinkan aku menulis semua cerita tentang kita pada kertas kenangan dan biarlah cerita itu menjadi sejarah yang paling indah yang pernah ada di planet ini. Agar anak-anakmu dan anak-anakku mengetahui bahwa kita pernah memadu kasih di jernihnya aliran sungai, berbulan madu di taman yang ditumbuhi pohon liar hijau mengantarkan segarnya udara yang kita hirup, agar mereka tahu kalau kita pernah mengisi cerita cinta kita di atas sampan sambil memancing ikan untuk makan siang kita hari itu. Biarlah cerita tentang kita kini hanya menjadi sejarah dan biarlahcatatan sejarah yang akan mengenang cerita cinta kita.

4 comments:

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya.