A. Polisemi
Polisemi
adalah satu leksem dengan beberapa makna atau suatu kata yang memiliki lebih dari satu makna.
Contoh : kata bisa yang berarti “dapat“ dan
“racun”.
Polisemi
dapat terjadi karena :
a. Kecepatan melapalkan
kata. Misal, ban tuan atau bantuan (
apakah ban kepunyaan tuan ataukah pertolongan)
b. Faktor gramatikal.
Misal, pemukul dapat bermakna ‘alat yang digunakan untuk memukul’ atau bermakna
‘orang yang memukul ’
c. Faktor leksikal yang dapat bersumber dari
:
- Sebuah
kata yang mengalami perubahan penggunaan sehingga memperoleh makna
baru. Misal, kata makan yang berhubungan dengan kegiatan manusia atau
binatang, kini dapat berhubungan dengan benda yang tidak bernyawa ( misal
makan angin, makan riba, dimakan
api)
- Sebuah kata yang digunakan pada
lingkungan yang berbeda, misal kata operasi
bagi dokter ‘bedah’ berarti untuk mengobati penyakit sedangkan bagi
militer berarti untuk menumpas kejahatan.
- Karena manusia pandai berandai-andai,
atau akibat adanya metafora. Misal kata mata ‘alat untuk melihat’ karena
kesamaan makna maka muncul makna ‘sesuatu yang menjadi pusat, yang
ditengah-tengah atau yang mempunyai ‘mata’.
Contoh : Mata air
Mata acara
d. Pengaruh bahasa asing. Misal, kata butir (bermakna barang yang
kecil-kecil seperti beras, intan; penolong bilangan untuk barang yang
bulat-bulat atau kecil-kecil, salah satu bagian dari keseluruhan; perincian ) digunakan
untuk mengganti kata unsur atau dari bahasa Inggris item, dengan demikian yang
digunakan adalah makna yang terakhir, yang berpadanan dengan item (point).
B. Homonimi
Homonimi
adalah beberapa leksem yang mempunyai bentuk yang sama atau dua buah kata atau
satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama, namun maknanya tentu saja berbeda
karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Contoh : Kata mengurus yang berarti
“mengatur” dan “menjadi kurus”
Ada
dua istilah yang berkaitan dengan homonimi yaitu :
- Homofoni adalah adanya kesamaan bentuk antara
dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaannya apakah sama atau berbeda.
Contoh : Kata bank ( lembaga
keuangan ) dan bang (bentuk singkat dari Abang)
- Homograf adalah bentuk ujaran yang sama
ortografinya atau ejaannya, tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Dalam
bahasa Indonesia bentuk homografi hanya terjadi karena ortografi untuk
fonem /e/ dan fonem / / yaitu huruf <e> Contoh : kata teras /teras/ yang maknanya ‘inti’
/teras/ yang maknanya bagian serambi
rumah
C. Perbedaan Homonimi dan Polisemi
Perbedaan
homonimi adalah dua buah bentuk atau lebih yang ‘kebetulan’ bentuknya sama dan
maknanya tentu saja berbeda. Sedangkan polisemi adalah sebuah bentuk ujaran
yang memiliki makna lebih dari satu. Makna-makna yang ada dalam polisemi
meskipun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa
makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Sedangkan makna yang terdapat pada homonimi tidak
mempunyai hubungan sama sekali.
Contoh : a. Makna
kata kepala pada kepala surat dan kepala
jarum bisa ditelusuri berdasarkan makna leksikal kata kepala itu.
b. Tetapi kita tidak bisa melacak
hubungan makna antara kata bisa yang berarti dapat dengan kata bisa yang
berarti racun.
Ada 4
cara untuk mengetahui apakah suatu bentuk ujaran polisemi atau homonimi yaitu :
- Jika diketahui bentuk ujaran itu
mempunyai asal yang berbeda maka homonimi.
Sebaliknya jika asalnya sama maka polisemi.
- Mencari antoniminya, jika antoniminya sama
berarti polisemi, jika antoniminya berbeda berarti homonimi. Misal, kata
indah berantonim dengan kata buruk keduanya dapat dipakai bersama dengan leksem
yang sama seperti leksem ’rumah’, ‘pemandangan’ beda halnya dengan leksem
terang yang berantonim dengan gelap karena leksem terang dapat
dikombinasikan dengan ‘leksem tulis’ sedangkan gelap tidak dapat
dikombinasikan.
- Mencari makna inti, jika makna intinya
sama berarti polisemi. Akan tetapi jika makna intinya berbeda berarti
homonimi. Leksem yang berhubungan dengan anggota tubuh seperti kaki, mata,
tangan adalah leksem yang berpolisemi. Misalnya kaki gunung, kaki kursi
mengacu kepada makna intinya yaitu sesuatu yang berada pada bagian bawah
sebagai tempat penyangga.
- Alasan formal, jika alasan formalnya
sama maknanya maka polisemi, sebaliknya jika alasan formalnya tidak sama
maka homonimi. Misal leksem gai bermakna giuk (dalam bidang pelayaran ),
yaitu tali pengatur layar. Sekarang leksem tersebut bermakna kelompok
laki-laki yang senang terhadap sesama jenisnya. Akan tetapi makna gai yang
sekarang dipakai secara nonformal. Sebab secara formal sebutan terhadap
kelompok orang yang demikian adalah homoseks, jadi kata gai diatas adalah homonimi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Drs.
Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Djajasudarma,
Fatimah.1999. Semantik 1 Pengantar Kearah Makna. Bandung : Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya.